Tersesat adalah sebuah kesalahan jalan yang harusnya lurus malah belok ke kanan hingga tidak sampai ketujuan justru semakin jauh dalam kamus beragama sesat artinya salah jalan terkait akhir tujuan hidupnya, untuk kembali pada jalan Tuhannya.
Pertaruhannya tuntas atau tidak maunya ke Surga hidup abadi dalam kebahagian, malah ke Neraka jalan gelap penuh hina dan nestapa. Sudah jelas2 setiap Agama masing2 menawarkan gambar dan peta putunjuk lengkap dengan arah panah mana arah ke Surga dan mana arah ke Neraka dengan rambu2 yang sudah jelas2 dipasang disetiap sudut jalan dengan larangannya.
Meski demikian semua agama sepakat pada dua hal : Pertama bahwa Surga itu ada apapun konsep kebahagiaan yang ada didalamnya, bukan agama kalau tidak menawarkan Surga dan mengancam pembangkangnya dengan neraka.
Kedua semua Agama sepakat dibalik konsep surga dan neraka ada yang disebut Tuhan, zat Yang Maha Kuasa, Maha Pencipta Alam Semesta, yang menjadi masalah dan sekaligus tidak konplik diantara agama2 bahwa setiap mereka menawarkan jalan Surga yang berbeda2, sekaligus mengklaim hanya jalan mereka yang bisa menjamin orang sampai ke sana, sementara jalan yang ditawarkan agama lain atau keyakinan lain dituding sebagai kebohongan belaka.
Agama sebagai keyakinan adalah sesuatu yang tersembunyi di relung hati, tidak seorang pun bisa mengetahui secara persis sosok dan anatomi keyakinan orang lain. Menghakimi keyakinan orang lain adalah absurd dan tidak bisa diterima akal sehat. Khalifah Umar ra berkata " Nahnu nahkum bibzzhawahir, wallahu yattawalas saraair " ( Kita manusia hanya bisa menghakimi yang nampak, sementara prihal yang tersembunyi [ Keimanan dalam hati ] hanya Allah saja yang mengetahuinya.
Kebinekaan agama dan keimanan adalah kehendak Allah yang tidak bisa kita tolak atau hindari. Setiap orang berhak dan sepantasnya berbangga dengan Agama dan Keyakinannya tanpa harus menuding keyakinan orang lain sebagai kepalsuan dan kesesatan. Tak pantas ahlak Agamawan kalah dengan kaum kapitalis, mereka sanggup mempromosikan produknya setinggi langit tanpa melecehkan produk pihak lain. Cukup katakan, keyakinan kami atau memang berbeda dengan keyakinan anda, " ( Kami tidak menyembah yang kalian sembah, sebagaimana anda juga tidak perlu menyembah apa yang kami sembah. Bagiku Agamaku dan bagimu agamamu ( QS al Kafirun [109] : 6 )
Masdar Farid Mas'udi
Rois Pengurus Besar
Nahdatul Ulama
Jakarta, Maret 2012


Tidak ada komentar:
Posting Komentar